UNIVERSITY OF GUNADARMA

Sabtu, 03 Maret 2012

MAKALAH
PERKEMBANGAN PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2010
UNIVERSITAS GUNADARMA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Kata bank berasal dari bahasa Italia banque atau Italia banca yang berarti bangku. Para bankir Florence pada masa Renaissans melakukan transaksi mereka dengan duduk di belakang meja penukaran uang, berbeda dengan pekerjaan kebanyakan orang yang tidak memungkinkan mereka untuk duduk sambil bekerja
Dalam industri perbankan telah mengalami perubahan besar dalam beberapa tahun terakhir. Industri ini menjadi lebih kompetitif karena deregulasi peraturan. Saat ini, bank memiliki fleksibilitas pada layanan yang mereka tawarkan, lokasi tempat mereka beroperasi, dan tarif yang mereka bayar untuk simpanan deposan.

B.     RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam Makalah ini seperti:

1.      Apa pengertian perbankan?
2.      Apakan manfaat perbankan?
3.      Bagaimana prospek perbankan pada tahun 2010?

C.     TUJUAN
1.      Menjelaskan definisi perbankan
2.      Mengetahui manfaat perbankan

PENGERTIAN PERBANKAN

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut. Bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin, SE. 

MANFAAT PERBANKAN

Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan:
  1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).
  2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.
  3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi tertentu dikemudian hari (price discovery).
  4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar dari transaksi derivatif itu sendiri.
  5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan pasar pada masa mendatang.
Terlepas dari fungsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya, maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal empat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

SEJARAH PERBANKAN

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu De javasche Bank, NV didirikan di Batavia pada tanggal 24 Januari 1828 kemudian menyusul Nederlandsche Indische Escompto Maatschappij, NV pada tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada itu antara lain:
  1. De Javasce NV.
  2. De Post Poar Bank.
  3. Hulp en Spaar Bank.
  4. De Algemenevolks Crediet Bank.
  5. Nederland Handles Maatscappi (NHM).
  6. Nationale Handles Bank (NHB).
  7. De Escompto Bank NV.
  8. Nederlansche Indische Handelsbank
Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:
  1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank
  2. Bank Nasional indonesia.
  3. Bank Abuan Saudagar.
  4. NV Bank Boemi.
  5. The Chartered Bank of India, Australia and China
  6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation
  7. The Yokohama Species Bank.
  8. The Matsui Bank.
  9. The Bank of China.
  10. Batavia Bank.
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain:
  1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung
  2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI '46.
  3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
  4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
  5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
  6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
  7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.
  8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
  9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.
  10. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Masing-masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.

PROSPEK PERBANKAN 2010

Krisis finansial global ternyata memberikan dampak yang kecil terhadap perbankan di Indonesia. Dari 126 bank, hanya satu yang ditutup dan satu diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
Bagaimana prospek perbankan 2010 di Indonesia ? Di bawah ini hasil analisis dan prediksi Fauzi Ichsan, Senior Vice President Standard Chartered Bank, yang dimuat majalah Tempo beberapa minggu yang lalu.

Kredit konsumsi (diperkirakan 30 % dari total kredit perbankan) yang dimotori kredit otomotif dan KPR, diprediksi akan tumbuh 25 - 30 %.
Kredit investasi (20 %) yang dimotori oleh pembangunan infrastruktur di sektor listrik, jalan tol dan telekomunikasi, diprediksi akan tumbuh 30 - 35 %.
Kredit modal kerja (50 %), diprediksi akan tumbuh 10 - 15 %.
Rasio modal perbankan diprediksi sebesar 16 - 17 %.
NPL atau kredit seret sebesar 4 - 5 %.

Angka tersebut optimis dapat dicapai dengan asumsi :
1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,5 %.
2. Tingkat Inflasi 5,5 %.
3. Suku bunga BI Rate 7,5 %.
4. Pasar modal global menguat.
5. Kurs rupiah menguat ke arah Rp 9.000,-

TANTANGAN PERBANKAN 2010

 

     Beragam tantangan diyakini masih menghadang momentum perbaikan perekonomian tahun 2010. Namun demikian, kondisi perekonomian domestik diproyeksikan bakal jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun ini.
Berdasarkan proyeksi Merrill Lynch dan Bank of America edisi Oktober 2009 yang diberi judul Yet another dollar crisis, perekonomian Indonesia tahun depan diperkirakan tumbuh sebesar 4,8% jauh lebih baik dibandingkan dengan 2009 yang diperkirakan hanya tumbuh 3,6%. Di antara negara-negara di kawasan Asia Pasifik, pertumbuhan ekonomi Indonesia menduduki di urutan ketiga setelah China (8,7%) dan India (5,4%).
Meskipun diproyeksikan perekonomian akan membaik, tetapi sebenarnya, dari sisi fundamental ekonomi belum menunjukkan perbaikan. Terdapat sejumlah tantangan yang menjadi catatan penting bagi pemulihan ekonomi.
     Beberapa catatan penting tersebut antara lain adalah masih tingginya tingkat pengangguran yang belum bisa diserap, rendahnya ketersediaan infrastruktur, dan masih mahalnya biaya produksi. Krisis diperkirakan juga masih akan membayangi sektor industri, termasuk di dalamnya industri perbankan.
Sementara itu dari sisi perbankan, berdasarkan hasil diskusi bertajuk Prospek dan Industri Perbankan 2010 di Yogyakarta 14 November lalu, terdapat enam hal yang menjadi prospek dan tantangan industri perbankan nasional pada 2010. Keenan prospek dan tantangan tersebut adalah, (a) kondisi makroekonomi global masih akan penuh ketidakpastian,
(b) pertumbuhan kredit dan dana akan melambat
(c) persaingan dana murah
(d) pembiayaan jangka panjang
(e) penguatan modal
(f) meningkatkan potensi risiko.
     Dengan sejumlah tantangan di atas, Bank Indonesia (BI) memperkirakan target pertumbuhan kredit 2010 hanya sebesar 15%-17%. Perkiraan ini didasari beberapa asumsi seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 5%-5,5% dan tingkat inflasi 5%-6%. Sebelumnya BI menargetkan pertumbuhan kredit di atas 20%.
Turunnya target pertumbuhan kredit ini cukup realistis, mengingat pencapaian kredit 2009 yang masih sangat rendah. BI memperkirakan tahun 2009 kredit hanya tumbuh 5%-7%. Dengan kondisi seperti ini pertumbuhan kredit tahun 2010 tidak mungkin diharapkan akan tumbuh lebih dari 20%.
Pertumbuhan perbankan ke depan juga akan dipengaruhi oleh kondisi sektor riil. Tahun 2010 diperkirakan pertumbuhan ekspor masih negatif, meskipun mulai menunjukkan peningkatan. Nilai impor masih lemah dan private consumption diperkirakan juga belum membaik.
Sebagaimana diketahui bahwa 90% impor Indonesia adalah barang modal dan bahan baku, sehingga kalau nilai impor rendah, hal ini dapat dimaknai bahwa pabrik-pabrik belum beroperasi secara maksimum (under capacity).
     Dari sisi suku bunga kredit, meski BI sudah menurunkan tingkat bunga acuan (BI rate) dari 9,50% (November 2008) menjadi 6,5% (Juli 2009) tampaknya belum mendapat respons dari dunia perbankan dalam bentuk penurunan suku bunga kredit. Tahun 2010 kemungkinan suku bunga kredit belum akan turun, bahkan Merrill Lynch dan Bank of America memproyeksikan BI rate akan naik menjadi 7% tahun depan.
Perkiraan tersebut mungkin saja ada benarnya apabila kasus Dubai World membawa efek domino. Pascakasus Dubai World, perbankan global kini dihantui krisis likuiditas dan hal itu dapat memicu kenaikan suku bunga.
     Kasus Dubai World mungkin saja tidak akan membawa dampak secara langsung terhadap perbankan nasional, tetapi perlu diwaspadai kemungkinan dampak tidak langsungnya. Terdapat kekhawatiran ancaman gagal bayar Dubai World akan membawa perbankan global kembali mengalami krisis kredit seperti yang memicu resesi global 2008 yang lalu.
Kekhawatiran ini tidak mengada-ada, mengingat bank-bank di Amerika telah terpengaruh. Beban asuransi kredit perbankan sejumlah bank besar di Amerika naik 10 hingga 20 basis poin.
Jika resesi 2008 dimulai oleh bank overlending (pinjaman berlebihan), saat ini masalah utang di Dubai dapat menjadi peringatan besar bahwa global belum keluar dari krisis. Bank-bank tampaknya kehabisan likuiditas yang akhirnya akan berdampak pada harga saham dan komoditas.
Hal itu tampaknya sejalan dengan pernyataan Mike Fitzpatrick dari MF Global, bahwa reaksi pasar terhadap berita Dubai mirip dengan kekacauan yang dipicu oleh runtuhnya bank investasi Wall Street Lehman Brothers pada September 2008.

SINERGI KEBIJAKAN

Menyikapi tantangan perbankan tahun 2010, Bank Indonesia (BI) akan memfokuskan kebijakan perbankan pada peningkatan ketahanan perbankan menghadapi krisis dan peningkatan efisiensi, penajaman early warning system di sektor perbankan, penguatan fungsi bank terkait dengan revisi arsitektur perbankan Indonesia (API), penguatan permodalan bank di samping fokus terhadap intermediasi perbankan tentunya.
Kebijakan BI di atas tentunya untuk merespons perekonomian tahun depan yang diharapkan akan lebih baik. Terkait dengan target pertumbuhan kredit sebesar 15-17%, diharapkan dapat tercapai, seiring dengan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan masih berpotensi meningkat sejalan dengan pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama.
     Membaiknya kinerja ekspor dan aliran modal asing yang terus berlangsung berpotensi mendorong kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada akhir 2009 yang diperkirakan mengalami surplus diharapkan terus berlanjut tahun depan.
Sebagaimana diketahui bahwa hingga akhir kuartal III/2009, kredit perbankan termasuk chanelling naik 3,42% (year to date/ytd) atau 8,74% (year on year/yoy) menjadi Rp1.399,89 triliun, sedangkan untuk kredit non-bank, hingga akhir kuartal III/2009 naik 1,71% (ytd) atau 5,08% (y-o-y) menjadi Rp139,58 triliun. Sementara itu, stabilitas sektor perbankan juga cukup solid dengan CAR mencapai angka 17,7%, NPL (Non Performing Loan) juga terkendali pada level 4,3% (gross) dan 1,3% (net).
Di samping sejumlah kebijakan yang akan ditempuh BI tahun 2010 di atas, sebaiknya ke depan setiap kebijakan moneter yang akan ditempuh disinergikan dengan kebijakan fiskal. Begitu pula sebaliknya, setiap kebijakan fiskal yang akan ditempuh pemerintah juga disinergikan dengan BI.
Selama ini terkesan kebijakan fiskal dan moneter berjalan sendiri-sendiri. Akibatnya meskipun BI telah menurunkan BI rate berkali-kali, tidak mendapat respons yang signifikan dari perbankan. Disinyalir lambannya respons ini disebabkan oleh masih tingginya yield surat utang negara.


NAMA: ANGGIE CHOIRUM ISTIANAWATI
KELAS: 3EA15
NPM: 15209373
EKONOMI MANAJEMEN
MATKUL: KOMPUTER LEMBAGA KEUANGAN PERBANKAN
DOSEN: PRIHANTORO

REFERENSI:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bank
http://www.madani-ri.com/2009/12/16/tantangan-perbankan-2010/

1 komentar:

  1. Untuk sharing informasi, kunjungi juga blog saya...
    http://infotentangbank.blogspot.com

    BalasHapus